friend

Senin, 06 April 2015

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK DAN BAYI

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Menurunkan angka kematian anak kita semua ingin menikmati usia panjang dan hidup sehat. Kenyataannya, sekarang kita memang hidup lebih lama. Antara 1970 dan 2005, usia harapan hidup di negeri ini rata-rata meningkat sekitar 15 tahun. Anak-anak yang lahir di Indonesia saat ini dapat mengharapkan hidup hingga usia 68 tahun. Anda dapat memilih usia harapan hidup sebagai satu indikator kesehatan. Namun ada satu ukuran lainnya yang sangat penting, yaitu jumlah anakanak yang meninggal. Anak-anak, terutama bayi, lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Itulah sebabnya tujuan keempat MDGs adalah mengurangi jumlah kematian anak.
Apa bedanya anak dengan bayi?
Bayi adalah anak berusia di bawah satu tahun. Ketika melihat pada angka kematian anak, kita biasanya merujuk pada anak dibawah usia lima tahun (balita). Ini merupakan pembedaan yang bermanfaat, seperti yang bisa dilihat pada gambar  4.1. gambar tersebut menunjukan proporsi anak yang meninggal baik ketika masih bayi ataupun sebelum mencapai usia lima tahun. Jelas bahwa kita mencapai kemajuan karena proporsi balita yang meninggal kurang dari separuh angka tahun 1990. Pada tahun 2007, angkanya sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan pengurangan angka tahun 1990 menjadi dua pertiganya. Artinya kita harus menurunkan 97 kematian menjadi 32.
Sepertinya kita hampir mencapai target. Ya, dan dengan kecenderungan laju yang  ada, kita bahkan bisa mencapainya pada 2010.  Namun anda juga harus melihat pada angka kematian bayi. Laju kematian bayi juga menurun, namun lebih lambat dibandingkan penurunan kematian balita. Dengan demikian proporsi kematian yang lebih besar terjadi pada bulan-bulan pertama setelah dilahirkan. Pada tahun 1990, 70% kematian terjadi pada bayi, namun pada 2005 proporsinya meningkat hingga 77%.
Paling tidak, lebih banyak anak-anak kita yang tetap hidup. Ya. Itu karena berbagai alasan. Salah satu yang paling penting adalah berkurangnya tingkat kemiskinan. Artinya, anak-anak tumbuh berkembang di lingkungan yang lebih sejahtera dan sehat. Semakin sejahtera anda, semakin mungkin anak-anak anda bertahan hidup. Karena itu, tidak mengejutkan bahwa angka kematian juga lebih tinggi di propinsi-propinsi termiskin.
Jadi kita kembali ke kemiskinan lagi? Tidak sepenuhnya karena ada satu pengaruh besar lain yaitu layanan kesehatan, khususnya program imunisasi. Saat ini kita memang memberikan imunisasi untuk hampir semua anak-anak di republik ini. Namun, belum untuk semuanya. Pada 2007, anak-anak yang menerima imunisasi difteri, batuk rejan dan tipus adalah 84.4% 12, meskipun hanya separuh dari mereka yang menerima imunisasi lengkap. Selain itu 82% anak-anak menerima imunisasi Tubercolosis (TBC),  dan 80% imunisasi hepatitis. Namun ini harus menjadi satu proses berkesinambungan. Hal yang mencemaskan
adalah turunnya angka imunisasi terhadap polio dan campak Jerman (rubella), yaitu dari sekitar 74% beberapa tahun lalu menjadi 70%.  Campak juga menjadi kekhawatiran karena angka imunisasi hanya 72% untuk bayi dan 82% untuk anak hingga 23 bulan, sementara target pemerintah adalah 90%. Diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi campak13 dan baru-baru ini ada beberapa KLB (kejadian luar biasa) polio
dimana 303 anak menjadi lumpuh.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar